![]() |
Gerakan Papua Meredeka terus menggelar aksi-aksi di berbagai negara. Foto Aksi gerakan ini di Inggris |
Sambungan artikel PERTAMA
Oleh: Tika Af’idah
papua suara mambesak _Sementara Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin yang mengutuk resolusi
PBB yang memungkinkan tindakan tentara di Libya sebagai “seruan Perang
Salib pada abad pertengahan” dan mengecam Washington untuk kesiapannya
memamerkan kekuatan. [Afsel: NATO Salah Gunakan Resolusi PBB tentang Libya, Republika.co.id, Selasa, 14 Juni 2011]
Banyak pengamat menyebutkab, serangan NATO ke Libya adalah karena
minyak. Pendapat ini disampaikan pengamat politik internasiona, Alfred
Hackensberger.
“Negara-negara NATO tidak melakukannya dengan suka rela, untuk
menegakkan demokrasi di Libya. Yang utama adalah kepentingan, sumber
minyak, engaruh dan kekuasaan. Pemenang utama mungkin Qatar, yang
mendukung pemberontak tanpa syarat apapun. Dan pemberontak mengatakan,
siapa yang membantu mereka akan diperhitungkan dalam penandatanganan
perjanjian minyak,“ demikian ditambahkan Hackensberger dikutip Deutsche Welle.
Kasus Timor-Timur, Libya mungkin tak akan jauh beda dengan Suriah dan
Papua. Dengan alasan HAM, dan demokrasi, Barat menggunakan PBB
memaksakan Papua akan lepas dari Indonesia.
Harap ingat, tambang yang dikuasai oleh perusahaan Freeport Amerika, bernama Tambang Grasberg atau Grasberg Mine adalah tambang emas terbesar di dunia dan tambang tembaga ketiga terbesar di dunia.
Tambang ini terletak di provinsi Papua di Indonesia dekat latitude -4,053 dan longitude 137,116, (satelitte view) dan dimiliki oleh Freeport yang berbasis di AS (67.3%), Rio Tinto Group (13%), Pemerintah Indonesia hanya (9.3%) dan PT Indocopper Investama Corporation (9%).
Operator tambang ini adalah PT Freeport Indonesia (anak perusahaan dari Freeport McMoran Copper and Gold). Biaya membangun tambang di atas pegunungan Jayawijaya ini sebesar 3 miliar dolar AS.
Pada 2004, tambang ini diperkirakan memiliki cadangan 46 juta ons
emas. Pada 2006 produksinya adalah 610.800 ton tembaga; 58.474.392 gram
emas; dan 174.458.971 gram perak. [Setelah Mesir, Libya, Kini Suriah, Target AS Selanjutnya adalah Papua, indocropcircles.wordpress.com]
Faktanya, PT Freeport di Papua telah mengadu domba antara aparat keamanan dengan rakyat maupun buruh-buruh.
Pihak-pihak asing yang berusaha mempermainkan konflik supaya mereka
bisa dengan aman mengeruk kekayaan Papua. Kemudian gerakan separatis
yang boleh jadi dibiayai oleh asing supaya Papua merdeka, sehingga pihak
asing bisa sesuka hatinya mengeruk kekayaan Papua. Keuntungan PT
Freeport Indonesia yang mencapai 70 triliun rupiah pertahun besarnya
tidak sebanding dengan besarnya kesejahteraan yang diberikan PT Freeport
kepada karyawan dan masyarakatnya.
Cara-cara di Timor-Timur, Libya, Suriah boleh jadi akan akan
diterapkan di Papua. Barat akan mengangkat gerakan separatis Papua
mendeklarasikan kemerdekaannya. Karena itu, Republik Federal Papua Barat
(Federal Republic of West Papua) kemudian mendaftarkan
proklamasi kemerdekaan mereka kepada Dewan Keamanan PBB pada Februari
2012 untuk mendapatkan pengakuan internasional.
Sejak saat itu, para pendukung Papua Merdeka mulai menggunakan
strategi diplomasi untuk merebut simpati internasional. Karena itu
tokoh separatis Papua di Inggris Benny Wenda mulai mendekat ke Amerika.
Sejak diproklamasikan tahun 2012, Federal Republic of West Papua
juga semakin memperkuat jejaring politik luar negeri mereka. Puncaknya
adalah pada 4 Maret 2014, ketika Perdana Menteri Vanuatu Moana Carcasses
Katokai Kalosil berpidato pada Sidang Tingkat Tinggi ke-25 Dewan HAM
PBB di Jenewa, Swiss.
Dalam pidatonya, PM Vanuatu mendorong komunitas internasional untuk
mendukung kemerdekaan Papua Barat. PM Vanuatu menilai bahwa Penentuan
Pendapat Rakyat (Pepera) tahun 1969 cacat hukum dan penuh rekayasa.
Agaknya, pengakuan negara-negara pasifik terhadap Papua akan menjadi
agenda penting yang segera direalisasikan.[Papua Merdeka Tinggal Menghitung Hari?, indonesianreview.com].
Sementara itu, pasca kerusuhan Tolikara, muncul ke public fenomena
Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) yang sangat ‘berkuasa’ di Papua dan
ditengarai lebih dekat ke Israel. Dalam Situs Gereja Injili di
Indonesia, GIDI, (http://www.pusatgidi.org/ind/israel), sampai 23 Juli 2015, masih memasang Piagam Kerjasama kelompok GIDI itu dengan Israel.
Gereja Injili di Indonesia (GIDI) yang mencuat setelah kasus
pembakaran masjid di Tolikara dan munculnya surat pelarangan ibadah
agama lain dan jilbab di Tolikara juga mengharuskan mengecat pagar dan kios dengan bendera Negara Israel.
Tanda-tanda ini tidaklah bisa dibiarkan atau dianggap sepele. Jika
tidak, bangsa Indonesia akan menyesal ketika Papua lepas dari
Indonesia.*
Penulis alumni Fakultas Ilmu Komunikasi UNAIR
Rep: Admin Hidcom
Editor: Cholis Akbar
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.hidayatullah.com
dan Segera Update aplikasi hidcom untuk Android
. Install/Update Aplikasi Hidcom Android Anda Sekarang !
Topik:
Tidak ada komentar: